- Babad Tanah Jawi ini memiliki banyak versi. Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat,
kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua
kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah
Sunan Paku Buwono III.[2] Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertanggal tahun 1722.
- Dapunta Hyang (671 M - 702 M)
- Sri Indra Warman (702 M - 775 M)
- Wisnu Warman (775 M - 782 M)
- Daranindra (Sri Wirarairimathana) (782 M - 812 M)
- Samara Tungga (812 M - 833 M)
- Pramodha Wardhani (833 M - 856 M)
- Sanjaya (732-7xx)
- Rakai Panangkaran Dyah Pancapana (Syailendra)
- Rakai Panunggalan
- Rakai Warak
- Rakai Garung
- Rakai Patapan (8XX-838)
- Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
- Rakai Kayuwangi (855-885)
- Dyah Tagwas (885)
- Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
- Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
- Rakai Watuhumalang (894-898)
- Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
- Daksa (910-919)
- Dyah Tulodong (919-921)
- Dyah Wawa (924-928)
- Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)
- Mpu Sindok (929-947)
- Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
- Makutawangsawardhana (9xx-985)
- Dharmawangsa Teguh Anantawikrama (985-1006)
- Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang
- (Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri):
-
- (tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)
-
- (tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)
- Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
- Jayabaya (1135-1159)
- Rakai Sirikan (1159-1169)
- Sri Aryeswara (1169-1171)
- Sri Candra (1171-1182)
- Kertajaya (1182-1222)
- Ken Arok (1222-1227)
- Anusapati (1227-1248)
- Tohjaya (1248)
- Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
- Kertanagara ( 1254-1292)
- Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
- Jayanagara (1309-1328)
- Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
- Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
- Wikramawardhana (1390-1428)
- Suhita (1429-1447)
- Dyah Kertawijaya (1447-1451)
- Rajasawardhana (1451-1453)
- Girishawardhana (1456-1466)
- Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
- Girindrawardhana Dyah Wijayakarana (1468-1478)
- Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? – 1486 )
- Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519)
- Raden Patah (1478 – 1518)
- Adipati Unus (1518 – 1521)
- Sultan Trenggono (1521 – 1546)
- Sunan Prawoto (1546 – 1549)
- Jaka Tingkir, bergelar Sultan Hadiwijoyo (1549 – 1582)
- Arya Pangiri, bergelar Sultan Ngawantipuro (1583 – 1586)
- Pangeran Benawa
- Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
- Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 – 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka.
- Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 – 1613)
- Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
- Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 – 1645)
- Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum/Amangkurat Agung) (1645 – 1677) menyingkir dari ibu kota Plered karena diserbu Pangeran Trunojoyo, raja dari Madura.
- Amangkurat II (Amangkurat Amral) (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
- Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka karena kalah dari Pakubuwana I yang didukung VOC
- Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger atau Sultan ing Alaga.
- Amangkurat IV (1719 – 1726), Terjadi banyak pemberontakan, Sunan Kuning (Mas Garendi).
- Pakubuwana II (1726 – 1742),
- Pakubuwana III (diangkat oleh Belanda) dan hal ini ditentang oleh Mangkubumi dan Raden Mas Said. Atas ketidak puasannya Raden Mas Said mengangkat mertuanya Mangkubumi sebagai penguasa oposisi di Mataram, namun beberapa saat kemudian partai oposisi ini pecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Raden Mas Said dan kelompok Mangkubumi. Kemudian muncullah Perundingan Giyanti (13 Februari 1755)
- Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.
- Pakubuwana II (1745 – 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
- Pakubuwana III (1749 – 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
- Pakubuwana IV (1788 – 1820)
- Pakubuwana V (1820 – 1823)
- Pakubuwana VI (1823 – 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.
- Pakubuwana VII (1830 – 1858)
- Pakubuwana VIII (1859 – 1861)
- Pakubuwana IX (1861 – 1893)
- Pakubuwana X (1893 – 1939)
- Pakubuwana XI (1939 – 1944)
- Pakubuwana XII (1944 – 2004)
- Gelar Pakubuwana XIII (2004 – sekarang) diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.
- Sri Sultan Hamengkubuwono I / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755 - 24 Maret 1792 )
- Sri Sultan Hamengkubuwono II / Gusti Raden Mas Sundara ( 2 April 1792 - 1810) periode pertama
- Sri Sultan Hamengkubuwono III / Raden Mas Surojo (1810 - 1811) periode pertama
- Sri Sultan Hamengkubuwono IV / Gusti Raden Mas Ibnu Jarot ( 9 November 1814 - 6 Desember 1823)
- Sri Sultan Hamengkubuwono V / Gusti Raden Mas Gathot Menol (19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826) periode pertama
- Sri Sultan Hamengkubuwono VI / Gusti Raden Mas Mustojo ( 5 Juli 1855 - 20 Juli 1877)
- Sri Sultan Hamengkubuwono VII / Gusti Raden Mas Murtejo / Sultan Sugih ( 22 Desember 1877 - 29 Januari 1921 )
- Sri Sultan Hamengkubuwono VIII / Gusti Raden Mas Sujadi ( 8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939)
- Sri Sultan Hamengkubuwono IX / Gusti Raden Mas Dorodjatun( 18 Maret 1940 - 2 Oktober 1988 )
- Sri Sultan Hamengkubuwono X / Bendara Raden Mas Herjuno Darpito ( 7 Maret 1989 - sekarang)
- Mangkunegara I atau bernama asli Raden Mas Said dengan gelar Pangeran Samber Nyowo (1757 - 1795
- KGPAA Mangkunegara II atau R.M Sulomo dengan gelar dimasa muda Pangeran Surya Mataram dan juga bergelar Pangeran Surya Mangkubumi (1795 - 1835)
- Mangkunegara III (1835 - 1853)
- Mangkunegara IV (1853 - 1881)
- Mangkunegara V ( 1881 - 1896)
- Mangkunegara VI (1896 - 1916)
- Mangkunegara VII (1916 - 1944)
- Mangkunegara VIII (1944- 1987)
- Mangkunegara IX (1987 - sekarang)
- ^ L., Olthof, W. (2007). Babad Tanah Jawi, mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647 (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Narasi. ISBN 9789791680479. OCLC 220090178.
- ^ Moertono, Soemarsaid (2017-09-18). Negara Dan Kekuasaan Di Jawa Abad Xvi-Xix. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9786024246792.
- ^ Meinsma, Johannes Jacobus. "Poenika serat Babad tanah Djawi wiwit saking nabi Adam doemoegi ing taoen 1647": Kaetjap wonten ing tanah Nèderlan ing taoen Welandi 1941, Volume 2
- ^ Molen, Willem van der (2011). Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang Diterapkan Kepada Kunjarakarna. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794617878.
Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan, sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya, apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura pada abad ke-18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita setelah era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah karena terlalu sarat dengan campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.
Selain Graaf, Meinsma[3] berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada tahun 1874, dia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.[4]
Menjelang Perang Dunia II, Balai Pustaka juga menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.
Penguasa Mataram
Dinasti / Wangsa Syailendra
Dinasti Sanjaya
Dinasti Medang Kamulan
Dinasti Kahuripan
Janggala
Kadiri
Dinasti Singhasari
Dinasti Majapahit
Kerajaan Demak
Kasultanan Pajang
Kerajaan Mataram Islam
Daftar ini merupakan daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai Mataram Islam. Catatan: sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.Kasunanan Kartasura Hadiningrat
Dinasti Baru
Perjanjian Giyanti telah melahirkan dua dinasti baru yaitu Dinasti Pakubuwanan dan Dinasti Hamengkubuwanan sedangkan Perjanjian Salatiga telah melahirkan satu dinasti yaitu Dinasti Mangkunegaran. Dinasti Pakubuwanan memulai silsilah dari Paku Buwono I dan Dinasti Hamengkubuwanan memulai dengan silsilah Hamengku Buwono I, sedangkan Dinasti Mangkunegaran memulai dengan silsilah Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa.Tiga dinasti itu pada upacara dan acara keprotocular-an memiliki partner para Residen yang bertugas di wilayah Kerajaan masing masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar