Jumat, 23 November 2018

tijaniyah

Golongan Tijayinah termasuk salah satu firqah sufiyah, bahkan aliran sufiyah yang ekstrim. Nama kelompok ini dinisbatkan dari penggagasnya, yaitu Ahmad bin Muhammad At Tijani. Dia meninggal pada tahun 1230 H. Jadi, tidak berlebihan kalau disebut sebagai aliran baru.
Kelahiran aliran ini dirintis oleh seseorang yang dipanggil Abul Abbas, bermula saat ia melangsungkan perjalanan ritualnya ketika berjumpa dengan banyak tokoh Sufi pada masanya. Mereka berlatar belakang beragam thoriqot. Pengaruh para panutan itu begitu membekas dalam diri Ahmad At Tijani, tetapi ia tidak ingin mengadopsi salah satu dari thoriqot itu. Dia kemudian mendeklarasikan thoriqot barunya dengan label namanya sendiri, yaitu At Tijaniyah. Hal itu, menurutnya, setelah pertemuan antara dirinya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga. Konon katanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengizinkannya untuk mentarbiyah manusia dan memerintahkannya untuk membentuk aliran baru. Inilah salah satu kebohongan yang biasa diusung oleh semua aliran thoriqot.

Faktor yang Mendukung Penyebaran Aliran Tijaniyah:

  1. Adanya dukungan kuat dari pemerintah yang berkuasa. Amir Sulaiman, penguasa Maroko saat itu, sangat berperan mengembangkan ajaran Ahmad At Tijani dan firqah produknya.
  2. Kurangnya pemahaman umat terhadap agama Islam dan minimalnya jumlah ulama dari kalangan Ahli Sunnah.
  3. Simpati penjajah terhadap aliran sufiyah di Afrika. Ini termasuk strategi penjajah. Menurut mereka, sarana paling efektif untuk meruntuhkan Islam ialah dengan menyebarkan bid’ah dan khurafat.

Referensi Utama Thoriqut Tijaniyah

Kitab terpenting yang menjadi rujukan utama mereka adalah Jawahirul Ma’ani Wa Bulughi Al Amani. Mereka mengklaim, bahwa kitab ini bingkisan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diterima oleh para tijaniyyun. Berkaitan dengan kitab pedoman tersebut, menurut mereka, Nabi pernah berkata, “Ini kitab milikku. Aku menyusunnya.” Disamping itu, juga terdapat kitab lainnya yang menjadi rujukan mereka, yaitu Rimahu Hizbi Ar Rahim ‘Ala Nuhuri Hizhi Ar Rajim, karya Umar bin Said Al Futi. Tidak berbeda dengan kitab sebelumnya, karangan ini juga berisi banyak kesesatan, kekufuran dan kesyirikan.

Pokok-Pokok Pikiran Aqidah Thoriqot Tijaniyah

Pada prinsipnya, mereka beriman kepada Allah, tetapi keimanan ini banyak ternoda dengan berbagai kesyirikan yang mereka lakukan, seperti:
  1. Mayoritas para pemeluk thoriqot ini meyakini aqidah wihdatul wujud. Yaitu suatu keyakinan menyimpang, yang substansinya mengajarkan bahwa Sang Pencipta adalah juga sekaligus makhluk ciptaan-Nya, dan sebaliknya makhluk itu juga sekaligus Khaliq. Sang pencipta. Bandingkan dengan aliran kebatinan di Jawa yang memperkenalkan istilah manunggaling kawula lan gusti (bersatunya hamba dan Tuhan).
  2. Para pemeluk thoriqot ini berkeyakinan, bahwa para tokoh Tijaniyah mampu mengetahui rahasia alam ghaib dan kata hati manusia. Dan ini sudah banyak tertera di dalam buku-buku milik mereka.
  3. Mereka mengamalkan bacaan shalawat yang populer dengan nama Shalat Al Fatih. Menurut mereka Shalat Al Fatih ini lebih afdhal daripada Al Qur’anul Karim. Mereka juga mengklaim bacaan sholawat itu merupakan kalamullah, dan lebih afdhol enam ribu kali dibandingkan Al-Quranul Karim. Teks shalawat tersebut berbunyi:
    اَلَّلهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدٍ الْفَىِحِ لِمَاإُغلِقَ وَالْخَاةَمِلِمَاسَبَقَ نَاصِرِالْحَقِّ الْهَادِيْ إِلَى صِرَاطكَ الْمُسْةَقِيمِ وَعَلَى أَلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظيم
  4. Mereka mengatakan bahwa Nabi melarang Ahmad At Tijani bertawasul dengan nama-nama Allah. Sebagai gantinya, ialah bertawasul dengan Shalat Al Fatih di atas.
  5. Para penganut thoriqot ini mengklaim, bahwa mereka dapat melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mata telanjang dalam keadaan terjaga dan bisa berjumpa dengan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah wafatnya.
  6. Keyakinan mereka yang lainnya juga sangat berbahaya, yaitu mereka menganggap adanya unsur syariat yang masih disembunyikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurut mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum menyampaikan risalah secara tuntas, yang berasal dari wahyu Allah.
  7. Lebih parahnya lagi, para penganut thoriqot Tijaniyah ini beranggapan, bahwa sang pencetus ide Tijaniyah (Ahmad bin Muhamad At Tijani) mempunyai kekuasaan untuk memberi atau menahan rezeki, menyembuhkan penyakit dan sekaligus mengirim penyakit, mampu mengabulkan doa orang yang terjepit dan keampuhan-keampuhan lain, yang sebenarnya merupakan hak rububiyah Allah.
  8. Secara pribadi, Ahmad bin Muhammad At Tijani menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan jaminan masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksaan sedikit pun untuk dirinya dan orang-orang yang mengikuti thoriqot Tijaniyah, meskipun kesalahan dan dosa mereka bertumpuk-tumpuk.
  9. At Tijani mengklaim, bahwa dirinya meraih tingkatan rubuwah (kenabian) pada hari Kiamat kelak. Dia berkata, “Akan dibuatkan untuk diriku sebuah mimbar yang terbuat dari cahaya pada hari Kiamat kelak. Kemudian ada panggilan yang didengar oleh setiap orang yang berada di Mahsyar ‘Wahai, manusia. Ini adalah imam kalian yang sangat kalian dambakan tanpa kalian sadari’.”
  10. Ajaran yang tidak pernah dikenal sahabat Nabi ini, juga menganjurkan para pengikutnya untuk larut dalam maksiat.
  11. Mereka juga mempunyai dzikir khusus yang mereka baca pada pagi dan sore hari. Ada juga dzikir yang khusus dibaca waktu sore pada hari Jum’at sampai terbenamnya matahari. Juga masih ada dzikir-dzikir lain yang dibaca pada acara-acara tertentu.
  12. Para penganut thoriqot ini juga mengklaim bahwa Ahmad bin Muhammad At Tijani merupakan khatamul auliya (penutup para wali Allah).
  13. Sang perintis ini juga mengatakan, “Barangsiapa melihatku, niscaya ia masuk surga.”
Demikian di antara kesesatan mereka. Masih banyak lagi keyakinan lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah Islamiyah, yang berisi kedustaan atas nama Allah dan Rasul-Nya, pembodohan intelektual dan penyesatan terhadap para pengikutnya.

Sumber Rujukan Aqidah dan Keyakinan Tijaniyah

Secara umum, yang mendominasi thoriqot Tijaniyah ini ialah pemikiran golongan Sufi dengan tambahan kodifikasi dari mereka. Demikian juga tulisan-tulisan Abdul Qadir Al Jailani, Ibnu Arabi dan Al Hallaj menjadi rujukan utama aqidah mereka. Selain itu, kitab Al Maqshadul Ahmad Fi At Atarif Bi Sayyidi Abi Abdillah Ahmad, karya Abu Muhammad Abdus Salam bin Ath Thayyib Al Qadiri Al Husaini juga banyak mempengaruhi ajaran thoriqot Tijaniyah.

Wilayah Penyebaran Thoriqot Tijaniyah

Aliran yang kental dengan aroma sufi ini menyebar di beberapa negara Islam, seperti di negara Maroko, Nigeria, Sudan, Mauritania, Mesir, Senegal dan negara di benua Afrika lainnya. Menurut data statistik, pada tahun 1401 H (1981 M) jumlah penganut Tijaniyah di Nigeria saja menembus angka sepuluh juta jiwa.

Fatwa Lajnah Daimah Tentang Imamah Tokoh-Tokoh Tijaniyah

Lajnah Daimah pernah mengeluarkan fatwa berkaitan tentang tokoh Tijaniyah bila menjadi imam shalat. Apakah sah shalat orang yang menajdi makmumnya?
Komisi Fatwa ini menjawab, bahwa thoriqot Tijaniyah termasuk golongan yang paling fatal kekufuran, kesesatan dan bid’ahnya dalam agama. Maka tidak sah shalat di belakang orang yang memeluk thoriqot ini (menjadi makmum). Hendaknya seorang muslim mencari imam lainnya yang tidak berpedoman thoriqot Tijaniyah. (Lihat Ath Thaifah At Tijaniyah, susunan Lajnah Daimah (Komisi Kajian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi, fatwa no. 2089, tanggal 12 Ramadhan 1398H).

Penutup

Tidak diragukan lagi, jika thoriqot Tijaniyah ini disebut sebagai ahli bid’ah dalam berbagai aspek ibadah. Beragam dzikir dan wiridnya semakin mengukuhkan klaim Tijaniyah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum tuntas dalam menyampaikan risalah Islam. Apalagi kalau hal itu dipadukan dengan kebrobrokan aqidah yang menguasai jiwa mereka, yang sebagiannya sudah dapat mengeluarkan seseorang dari gerbang agama Islam. Wallahi Musta’an.
Penulis: Muhammad Ashim
Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun IX/1426H/2005M
Maraji:
Al Mausu’ah Al muyassarah Fi Al Adyani Wal Madzahibi Wal Ahzabi Al Mu’ashiarah, hlm.
285-290.
Ath Thaifah At Tijaniyah, susunan lajnah Daimah (Komisi Kajian Ilmiah dan Fatwa
Kerajaan Arab Saudi), cet. II, Th. 1423H/2002M


Read more https://yufidia.com/tijaniyah-salah-satu-sekte-sufiyah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar